Spesialis Anak RSUD Arifin Achmad, dr. Roza Yefri, SpA., menyatakan, 30-40 persen dari 100 bayi yang dilahirkan dari ibu pengidap HIV/AIDS akan ikut terjangkit jika tidak ditangani dengan baik.

Penanganan yang baik ini dimulai dari masa kehamilan si ibu. Karena virus bisa menularkan HIV kepada bayi selama kehamilan, selama persalinan dan melahirkan, atau dengan cara menyusui.

Bayi tidak akan tertular jika prosedur persalinan dilakukan dengan baik, lebih disarankan melalui caesar. Karena resiko penularan virus HIV ke bayi lebih tinggi pada saat persalinan.

“Dari 100 bayi, 30-40 diantaranya terinfeksi HIV, jika tidak ditangani dengan baik. Mulai dari proses kehamilan, melahirkan hingga pasca melahirkan,” kata dr. Riza Yefri.

Setelah kelahiran, bayi juga tidak boleh disusui oleh si ibu. Karena ASI juga menjadi salah satu sarana menukarkan virus HIV ke bayi. Maka bayi diberikan Profilaksis Anti Retro Viral (ARV) selama enam minggu.

“Obat tersebut mengurangi risiko infeksi dari HIV yang mungkin telah masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran,” katanya.

Setelah 18 bulan, baru dapat dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap virus HIV. Jika pada usia 18 bulan diperiksa hasilnya negatif HIV, anak tersebut dinyatakan bebas dari infeksi HIV. *



Leave a reply