Kemoterapi adalah prosedur lanjutan untuk menyingkirkan sel-sel kanker yang masih ada di tubuh setelah operasi. Biasanya, kemoterapi dilakukan dengan memberikan obat-obatan tertentu melalui infus.
Namun, beberapa obat juga biasanya disuntikkan langsung ke perut agar bekerja lebih efektif. Cara ini memungkinkan obat untuk dapat menyebar secara langsung ke bagian tubuh yang terkena kanker.
Kemoterapi biasanya menimbulkan berbagai efek samping yang terlihat secara fisik seperti rambut rontok, ruam di tangan serta kaki, luka pada mulut, dan berat badan yang menurun drastis. Selain itu, juga biasanya akan mengalami mual, muntah, dan kehilangan selera makan.
Pada beberapa kasus, kemoterapi benar-benar dapat menghancurkan dan menghilangkan sel kanker dari tubuh. Hasil terbaiknya, sel kanker tidak akan kembali lagi.
Jika kanker sulit atau bahkan tidak bisa disembuhkan, kemoterapi dilakukan untuk mengontrol sel kanker agar tidak berkembang dan menyebar menjadi semakin ganas.
“Hal ini akan memberikan pasien angka harapan hidup yang lebih besar,” kata Sub Spesialis Kebidanan RSUD Arifin Achmad, dr. Ari Hidayat, SpOG (K).
Ketika sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain dan berkembang ke stadium lanjut, kemoterapi dapat dilakukan untuk meringankan gejala-gejala kanker seperti rasa sakit, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.
Direktur dan wakil direktur RSUD AA mengunjungi pasien yang sedang melakukan kemotherapi
Kemoterapi adalah prosedur yang aman. Akan tetapi, seperti tindakan medis lainnya, kemoterapi dapat memberikan efek samping. Efek samping yang muncul berbeda-beda.
Mulai dari ringan hingga berat, tergantung dari jenis dan tingkat perawatan serta faktor individual setiap pasien.
Dari penjelasan ini, dapat diketahui tidak perlu takut untuk melakukan kemoterapi, jika itu memang harus dilakukan.
“Masyarakat sering mendapat informasi lebih banyak mitos dari faktanya. Hingga mengurung niat untuj berobat, pada akhirnya tahu-tahu tumor atau kanker yang diderita sudah pada stadium lanjut,” kata dr. Ari Hidayat.
Jika melakukan pengobatan pada stadium awal, persentase kesembuhan lebih besar. “Tentu kanker dengan stadium awal dengan stadium lanjut penanganannya berbeda,” kata dr. Ari.
“Jadi karena lebih banyak mendapat edukasi berupa mitos, maka memilih untuk tidak mengikuti anjuran dokter, seperti kemoterapi tadi. Akhirnya ketika datang lagi tiba-tiba sudah stadium lanjut,” jelas dr.
Bahkan, katanya, kanker yang diderita sudah sangat parah. “Ujung-ujungnya jika tidak lagi bisa ditangani, nanti yang disalahkan dokter atau pihak rumah sakit,” jelas dr. Ari.
“Karena kami sebagai dokter tentu akan melakukan upaya yang maksimal agar bagaimana pasien bisa sembuh, atau jika memang tidak bisa minimal melalukan upaya untuk memperbesar atau memperpanjang peluang hidup pasien secara medis,” jelas dr. Ari Hidayat.
Untuk itu, Ia sekali lagi mengimbau kepada masyarakat untuk lebih cerdas dan bijak memeriksakan kesehatan secara rutin. Kemudian mengikuti anjuran-anjuran dokter. *
Leave a reply
Leave a reply