Kanker Serviks merupakan kanker terparah kedua setelah payudara pada kaum perempuan. Sementara dari kandungan, kanker ini berada di urutan pertama.

Dengan gejala awal sering tidak disadari, membuat kanker ini baru diketahui setelah berada di level stadium. Untuk itu, perlu diketahui penyebab atau faktor resiko dari kanker ini.

Human Papilloma Virus (HPV) adalah penyebab terjadinya kanker serviks. Keberadaan HPV cenderung tidak menimbulkan gejala sehingga jarang disadari oleh pengidap.

Sistem kekebalan tubuh juga biasanya akan memberantas infeksi HPV sebelum virus ini menyebabkan gejala sehingga tidak membutuhkan penanganan.

Namun apabila tubuh tidak berhasil memberantasnya, infeksi HPV dengan jenis tertentu berpotensi menyebabkan kanker serviks. Karena itu, para wanita dianjurkan untuk selalu memeriksakan kesehatannya serta menjalani vaksin pencegah HPV.

Spesialis Obgyn (Konsulen Onkologi) RSUD Arifin Achmad, dr. Ari Hidayat, SpOG Onc, menjelaskan, infeksi HPV sangat mudah menular dan dapat terjadi pada siapa saja. Terdapat sejumlah faktor yang berpotensi meningkatkan risiko seseorang untuk terkena virus ini.

Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

– Sering berganti pasangan.
Berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan akan mempertinggi risiko Anda.

– Berbagi pemakaian barang pribadi.
Seperti handuk, saputangan, atau kaus kaki.

– Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Misalnya mengidap HIV/AIDS atau menjalani kemoterapi.

– Kulit yang rusak. Contohnya pada luka terbuka.

– Usia. Kutil biasa umum diderita oleh anak-anak, sementara kutil plantar dan kelamin lebih sering terjadi pada remaja dan kalangan dewasa muda.

– Tidak menjaga kebersihan.
Misalnya ke kamar mandi umum tanpa mengenakan alas kaki.

Jenis-jenis pemeriksaan yang mungkin dijalani pasien dapat berupa gas larutan asam asetat. Kulit di bagian genital yang terinfeksi virus HPV akan berubah menjadi putih setelah diolesi larutan asam asetat sehingga mudah terdeteksi.

“Kemudian Pap Smear dan tes DNA. Dalam tes ini, dokter akan mengambil sampel sel-sel dari serviks dan vagina untuk diperiksa di laboratorium. Tes Pap Smear juga dapat digunakan untuk mendeteksi keabnormalan sel serviks yang dapat berubah menjadi kanker,” kata dr. Ari Hidayat.

Setelah diagnosis positif, terdapat 2 metode medis yang dapat dipilih, yaitu penanganan dengan obat atau prosedur operasi.

Langkah operasi meliputi cryotherapy, bedah listrik, operasi pengangkatan, dan bedah laser.

“Beberapa jenis HPV bahkan dapat memicu perubahan abnormal pada sel-sel serviks. Perubahan yang tidak segera terdeteksi dan ditangani ini bisa berkembang menjadi kanker serviks,” jelas dr. Ari Hidayat.

Meski jarang, perubahan abnormal pada sel-sel penis serta anus juga termasuk komplikasi yang dapat ditimbulkan infeksi HPV.

Kutil memang dapat hilang tanpa penanganan khusus, tapi bukan berarti virus HPV juga ikut lenyap. Virus ini akan tetap bersembunyi dalam tubuh pengidap dan dapat menularkannya kepada orang lain.

Langkah utama pencegahan infeksi HPV adalah vaksinasi. Cervarix, Gardasil, serta Gardasil 9 merupakan jenis-jenis  vaksin HPV yang dapat membantu mencegah kutil kelamin serta kanker serviks.

Vaksin ini umumnya dianjurkan bagi remaja perempuan dan dapat diberikan sejak usia 9 tahun. *



Leave a reply