Tim Pengampuan Rujukan dan Rujukan Kardiovaskuler Nasional melakukan Evaluasi Pelayanan Jantung Terpadu RSUD Arifin Achmad, Kamis (13/9/2018).

Evaluasi dipimpin langsung oleh Ketua Tim Pengampuan Rujukan dan Rujukan Kardiovaskuler Nasional, Dr. dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K), FICA, didampingi dua dokter lainnya.

Tim disambut langsung oleh Direktur RSUD Arifin Achmad, dr. H. Nuzelly Husnedi, MARS., lengkap dengan jajaran direksi.

Dalam gambaran umum saat pertemuan awal sebelum melakukan tes lapangan, Dr. Hananto menyimpulkan, bahwa ada beberapa evaluasi yang harus dilakukan oleh Tim Pelayanan Jantung Terpadu RSUD AA, salah satunya menargetkan durasi atau waktu dalam penanganan pasien.

Mulai dari persiapan operasi, saat operasi, dan pasca operasi. “Komite Mutu harus menyiapkan itu. Harus ada target, misal, pasien ini mulai dari operasi sampai pulang memakan waktu 7 hari, jika lebih, ini perlu dipertanyakan,” kata Dr. Hananto yang juga Direktur Utama RSJPD Harapan Kita.

Selanjutnya, kompetensi dokter dan perawat yang bertugas. Ini menjadi penting karena hasil ditentukan melalui ini. Perawat adalah yang benar-benar cerdas.

“Artinya mengetahui apa yang diinginkan dokter. Misal, sebelum dokter meminta alat, dia sudah menyediakan,tidak perlu disebutkan, dia sudah tahu apa yang harus diberikan,” kata Dr. Hananto.

Secara umum, Direktur RSUD AA, dr. H. Nuzelly Husnedi, MARS., sangat menyambut baik kedatangan tim ini. Karena untuk kebaikan dan perbaikan Pelayanan Jantung Terpadu di RSUD AA ke depan.

“Semua evaluasi ini sangat diperlukan oleh Tim. Karena menyangkut perbaikan-perbaikan ke depan. Beberapa kendala juga bisa langsung dikomunikasikan langsung kepada ahlinya,” kata Direktur.

Kepala Unit PJT RSUD Arifin Achmad, dr. Dyah Siswanti, SpJPFIH., menjelaskan, sejak dibukanya Pelayanan Jantung Terpadu, Tim Dokter RSUD AA sudah menangani 39 pasien penyakit jantung.

“Operasi pertama dilaksanakan pada 19 Mei 2017 dan sudah 39 pasien yang dilakukan operasi hingga 25 Agustus 2018,” jelas dr. Dyah.

Dijelaskannya, ke 39 pasien tersebut terdiri dari 37 pasien CABG (Coronary Artery Bypass Graft) atau prosedur operasi untuk Jantung Koroner. Prosedur ini dilakukan khusus bagi mereka yang mengalami penyumbatan atau penyempitan arteri serius.

Sementara dua lagi pasien Atrial Septal Defect (ASD) Closure atau kerusakan antara kedua ruang atas jantung (atrium). Kerusakan ini menyebabkan percampuran darah beroksigen dengan tidak beroksigen, yang akhirnya mengakibatkan jantung kanan membesar dan tekanan tinggi pada paru-paru (hipertensi pulmonal). ***



Leave a reply